Inilah Hutang Kehidupan yang Harus Kita Tunaikan

TendyNews.com - Barang kali kita telah mafhum dengan anjuran untuk mengasihi anak yatim dan piatu. Istilah yatim piatu ditujukan kepada anak-anak yang ditinggal wafat oleh kedua orangtua nya. Islam sendiri sangat menganjurkan untuk memelihara dan mengasihi anak yatim dan piatu. Dalam beberapa hal, anak-anak yatim piatu adalah mereka yang belajar lebih awal tentang kehilangan dan kesiapan untuk ditinggalkan dan meninggalkan. Selengkapnya tentang hutang kehidupan yang harus kita tunaikan berikut ini !

Lebaran kali ini agak berbeda dengan lebaran sebelumnya, satu hal tak terduga bahwa kakek telah pulang ke pangkuan-Nya di usia 77 tahun. Tepat tiga hari sebelum ramadhan, kakek kami menghembuskan nafas terakhir di kampung halaman yang membesarkannya. Inilah kali pertama, aku mengalami kehilangan dari salah satu orang terdekat dalam kehidupan ku. Meskipun kakek meninggal di usia lanjutnya, tapi rasa tidak menyangka aknn akan ditinggalkan masih menggelanyuti pikiranku.

Meskipun kematian adalah hal yang lazim dalam kehidupan tapi tetap saja keberadaannya memberikan luka yang mendalam pada keluarga yang ditinggalkan. Tak berapa lama setelah kakek dikebumikan, aku melihat bagaimana ibuku menangis tersedu-sedu dalam waktu yang tidak sebentar. Bahkan setelah beberapa hari, duka kehilangan masih mewarnai raut wajahnya. Dari beberapa hal yang disampaikan, aku tahu bahwa ia menyesal tentang hubungannya dengan kakek yang tak selamanya berjalan baik.

Pengalaman kehilangan tersebut cukup membekas sampai saat ini terutama ketika mengingat bagaimana mama menangis dan mengatakan tentang betapa sakit nya kehilangan seorang ayah. Hal yang membuatku terheran-heran adalah bahwa ketika mama telah memiliki suami dan anak-anak pun tetap saja kehilangan seorang ayah adalah hal yang menyakitkan. Lalu bagaimana sakitnya mereka yang dalam usia anak-anak dengan ketergantungan tinggi terhadap orang dewasa menghadapi kehilangan orangtua?

Tepat di hari lebaran aku bertemu dengan salah satu saudara yang ternyata di usia nya yang menginjak lima tahun, ia telah ditinggal pergi oleh ayah nya yang pulang terlebih dahulu menghadap Tuhan. Di usia nya yang begitu muda bahkan ketika ia belum mengerti apa itu kehilangan, ia harus belajar bagaimana tumbuh tanpa figur ayah. Dalam kepolosannya, dunia yang keras memaksanya untuk kuat dan tangguh menghadapi masa depan.



Tak berhenti disini, ternyata ia pun tak bisa tinggal dengan saudara dan ibu nya. Ibu nya yang sekarang menjadi single parents harus mampu menghidupi kedua anak-anaknya. Sehingga ia pun pergi ke negeri seberang untuk mencari bekal menghidupi anak-anaknya yang masih kecil. Saudara perempuannya dititipkan pada tante nya dan dia sendiri bersama nenek nya yang dengan sabar merawatnya.

Itulah sekelumit kehidupan yang barang kali begitu lazim terjadi terdengar di telinga kita. Mungkin menjadi biasa untuk menemukan kisah-kisa serupa tapi begitu menjadi tak biasa ketika kita dihadapkan pada peristiwa kehilangan sesungguhnya. Menyikapi kisah-kisah seperti ini, bukankah kita yang hidup lebih beruntung dengan kasih sayang utuh dari orangtua seharusnya bisa merangkul mereka yang tak seberuntung kita hari ini.

Keberuntungan kita untuk hidup nyaman bersama orangtua dengan kesempatan mengenyam pendidikan adalah karunia yang barang kali menjadi hutang kehidupan yang harus kita tunaikan. Hutang kehidupan agar kita mampu memberi lebih banyak kepada mereka yang pada prosesnya tak ‘seberuntung’ kita hari ini. Seberapa banyak kita menjadi bersyukur untuk menggunakan setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya?

Hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa karunia yang dititipkan Tuhan pada kita adalah sebagian rizki yang orang lain pun berhak mendapatkan kemanfaatan darinya. Kita yang hidup dengan kelimpahan kasih sayang dan kemudahan dari orangtua sudah saatnya lebih terbuka untuk dapat mengulurkan tangan pada orang lain. Kita memiliki ‘hutang kehidupan’ yang harus ditunaikan pada orang-orang yang pada proses nya tak seberuntung kita hari ini. Di atas semua itu, kemampuan dan kesuksesan yang kita raih di masa depan adalah hal yang orang lain berhak mendapatkan kemanfaatan darinya.


0 Response to "Inilah Hutang Kehidupan yang Harus Kita Tunaikan"

Post a Comment

close