Arti sebenarnya dari ungkapan,’’ Pamali, Bisi Aya Sandekala"

TendyNews.com - Bagi masyarakat Jawa Barat yang merupakan suku sunda mungkin tak asing dengan aturan-aturan hidup yang terangkum dalam bahasa ‘Pamali’. Entah bagaimana sejarahnya, kata pamali diasosiakan dengan segala sesuatu yang dianggap tidak boleh dilakukan, misalnya ungkapan berikut: Ulah kaluar pas magrib, pamali bisi aya sandekala (jangan keluar ketika magrib, ‘’Pamali’’ takut ada sandekala).

Mungkin tidak sedikit yang pernah mendengar ungkapan tersebut, biasanya ungkapan tersebut di tujukan untuk melarang anak-anak keluar ketika magrib menjelang. Anak-anak yang imajinasinya sangat luas mengira-ngira, apa sebenarnya sandekala itu? Apakah sejenis hantu ataupun raksasa besar.

Sering kali bayangan sandekala dibenak anak-anak adalah sejenis raksasa besar atau sejenis hantu lainnya. Anehnya sampai mereka besar, bayangan itu tetap melekat dalam memori bahwa memang sandekala adalah sejenis hantu atau raksasa besar. Siapa kira istilah ’sandekala’ merupakan istilah yeng berasal dari dua kata yakni sande = sanes (bukan) & kala (waktu), jadi sebenarnya istilah sandekala memliki arti bukan waktunya. Sehingga ungkapan sunda ‘’ulah kaluar pas magrib bisi aya sandekala’’ memiliki arti bahwa jangan keluar ketika magrib karena bukan waktunya untuk keluar.
Istilah lain yang sering digunakan dalam budaya sunda salah satunya adalah istilah yang digunakan untuk menjaga hutan misalnya,’’ulah ka leweung, angker (jangan masuk ke hutan- angker). Kata angker di ujung kalimat tersebut menjadi mantra tersendiri yang membuat banyak orang-orang mengurungkan niatnya memasuki hutan sehingga hal tersebut menjadi alasan bagaimana hutan tetap lestari dalam waktu yang lama. Bagi sebagian orang kata angker berkonotasi positif dengan hal-hal yang berbau mistik, tapi apakah sebenarnya makna dibalik kata angker?

Menurut Kang Adi, salah satu tokoh seni di Desa Jelekong – Bandung (Desa Seni & Budaya), kata angker berarti berbahaya. Berkaitan dengan istilah ‘ulah asup ka leuweung, angker’ (Jangan masuk ke hutan berbahaya) adalah bahwa ‘berbahaya’ karena jika manusia sembarangan memasuki hutan tanpa didasari sikap tanggungjawab ia akan berkenderungan untuk merusak hutan sehingga berbahaya menimbulkan banjir, longsor dan bencana alam lainnya.
Budaya sunda adalah budaya yang berfilosofi sehingga orang-orang sunda bukan lah mereka yang secara gamblang mengungkapkan suatu hal melainkan menggunakan simbol-simbol tertentu yang dibaliknya mengandung makna mendalam. Misalnya, orang sunda dahulu sering menggunakan beras sebagai media untuk meminta maaf kepada orang lain, mengapa ? karena mereka berpesan kepada yang menerima beras tersebut agar mampu mengambil ilmu padi yakni semakin baik seseorang semakin merunduklah ia, sehingga maaf adalah bentuk tingginya kebaikan dalam bingkai anggunnya kerendahan hati.

Masih banyak keunikan dan filososfi lain yang dapat ditemukan dalam budaya sunda baik dari segi bahasa, ritual, adat istiadat, pusaka, ataupun yang lainnya. Budaya sunda adalah salah kekayaan bangsa yang keberadaannya tidak dapat diukur dengan materi, maka menjadi penting bagi kita sebagai generasi muda untuk mengetahuinya secara mendalam.

Hari ini mungkin sebagian besar dari kita lebih gandrung mengikuti budaya asing di banding dengan budaya sendiri. Entah bagaimana, kita menjadi latah mengikuti kebudayaan lain hanya karena menganggapnya lebih bagus dan keren dibanding budaya sendiri. Meskipun sebenarnya kita tidak tahu secara mendalam makna dibalik budaya asing yang kita ikuti – kita mengikuti standar orang lain tentang apa yang menjadi berharga dan patut untuk di ikuti serta dipelihara.

Bukan hal yang keliru mengetahui kebudayaan asing, sama sekali tidak!
Tapi menjadi keliru ketika kita mengikuti suatu hal hanya karena sebagian besar orang mengikutinya, sehingga kita lupa siapa kita dan apa yang sebenarnya kita butuhkan.
close