Inilah Perbedaan Cara Orang Perasa Dan Pemikir Dalam Bertindak

TendyNews.com- Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi peristiwa dalam kehidupannya. Hal tersebut tergantung dengan istilah yang sering disebut dengan kepribadian. Barang kali butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengulas hal-ikhwal tentang kerpibadian. Namun ada salah satu dimensi kepribadian yang erat kaitannya dengan cara mu mengambil kesimpulan, keputusan, atau bahkan hanya sekedar perspektif. Singkatnya, pribadi diri kita lah yang membedakan mengapa antara satu orang dengan yang lainnya bereaksi dengan cara berbeda terhadap suatu kondisi yang serupa. Dalam hal ini ada yang cenderung bereaksi dengan lebih banyak berpikir dan ada pula yang lebih condong menggunakan perasaan. Lalu apa perbedaan tipikal orang perasa dan pemikir?

Dalam merespon pelbagai kondisi hidup, ada yang secara dominan menggunakan perasaan (feeling) dan ada pula yang cenderung bereaksi dengan tindakan yang sarat dengan pemikiran (thingking). Tidak ada yang secara mutlak menggunakan salah satu diantara keduanya, melainkan hanya kecenderungan seseorang untuk menggunakan alah satu diantara keduanya. Berkaitan dengan ini, barang kali kita sering mendengar bahwa laki-laki cenderung pemikir dan perempuan cenderung perasa. Namun apakah benar demikian?

Ketika di sekolah menengah atas dulu, ada seorang nenek tua yang dalam kondisi lanjutnya tetap bekerja sebagai pengumpul sampah di sekolah kami. Banyak sekali yang berempati padanya dan menyesalkan mengapa di usia lanjutnya ia harus bekerja dengan pekerjaan yang tidak tergolong ringan. Keberadaan nenek tua tersebut tentunya menyentuh hati sebagian besar siswa SMA waktu itu sehingga ada beberapa yang memberikannya makanan, susu dan bahkan uang.

Lalu ketika melihat kondisi itu, aku pun sedikit berbicara pada temanku yang jika aku tak salah ingat adalah intinya menyesalkan mengapa nenek tersebut harus bekerja dengan begitu keras di usia lanjutnya dan aku bertanya-tanya kemanakah anak-anak nya. Aku berpikir tentang bagaimana ia mengatasi rasa lelah nya dan bagaimana ia menyikapi rasa sepi ketika ku tahu bahwa ternyata ia hidup seorang diri.

Lalu temanku yang satu ini menimpali dengan hal yang berkebalikan dengan apa yang aku pikirkan, dia malah berkata,’’ justru aku penasaran bagaimana ia (nenek itu) dulu ketika muda, apakah dia tidak menggunakan masa mudanya dengan baik sehingga ia harus bekerja keras di usia tua. Temanku yang satu ini penasaran bagaimana kehidupan dari orang yang dalam usia tua nya harus terus bekerja keras bahkan hanya untuk mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari.

Thinking VS Feeling

Percakapan tersebut barang kali menggambarkan bagaimana orang perasa dan pemikir bereaksi terhadap kondisi di sekelilingnya. Dari percakapan tersebut aku mengetahui bahwa aku bukan lah sosok pemikir melainkan perasa dan sebaliknya teman ku adalah sosok pemikir. Pada praktiknya, orang perasa lebih banyak menggunakan perasaannya dalam melihat suatu hal sehigga ia mudah iba dan empati sedangkan bagi seorang pemikir lebih cenderung menyikapi suatu hal secara logis dan obyektif.

Dimensi perasa (feeling) dan pemikir (thingking) merupakan salah satu indikator dari tipe kepribadian yang ada dalam uji MBTI (Myerss-Brigg Type Indicator). Dimensi perasa dan pemikir erat kaitannya dengan cara orang dalam mengambil keputusan. Thinking (pemikir) mengacu kepada pembuatan keputusan secara impersonal (tanpa emosi) dan Feeling (perasa) mengacu kepada pembuatan keputusan berdasarkan nilai-nilai personal. (Tieger dkk, 2017)

Pemikir lebih menyukai keputusan yang secara logis dan masuk akal. Mereka membanggakan kemampuan untuk bersikap objektif dan analisis dalam proses pengambilan keputusan. Mereka membuat keputusan dengan menganalisis dan menimbang bukti, bahkan jika pada akhirnya harus membuat keputusan yang tidak menyenangkan. Sedangkan perasa mengambil keputusan berdasarkan kepedulian. Mereka membanggakan kemampuan berempati dan merasa iba. Jelas sekali bukan bahwa pemikir dan perasa memiliki prioritas yang berbeda.

Tieger dkk memberikan gambaran dari tipikal pemikir dan perasa dengan cukup jelas. Beberapa ciri dari dimensi pemikir yaitu 1) menerapkan analisis tanpa emosi terhadap masalah; 2) menghargai logika, hukum dan keadilan; satu standar untuk semua; 3) mungkin dipandang tidak berperasaan, tidak sensitif dan tidak peduli; 4) merasa bahwa jujur itu lebih penting; 5) percaya perasaan memang valid hanya jika logis; 6) termotivasi oleh hasrat untuk pencapaian dan keberhasilan.

Sedangkan tipikal perasa memiliki ciri-ciri berikut yaitu 1) mempertimbangkan dampak tindakan terhadap orang lain; 2) menghargau empati dan harmoni; melihat peraturan ada pengecualiannya; 3) secara alami suka menyenangkan orang lain; mudah menunjukan penghargaan; 4) mungkin dipandang emosional, tidak logis dan lemah; 5) merasa bahwa menjaga perasaan lebih penting; 6) percaya bahwa semua perasaan valid baik yang masuk akal maupun tidak; 7) termotivasi oleh keinginan untuk dihargai.

0 Response to "Inilah Perbedaan Cara Orang Perasa Dan Pemikir Dalam Bertindak "

Post a Comment

close