Cerita Menarik Dari Kehidupan Sufyan Tsauri
Peristiwa yang pertama adalah berkaitan dengan burung setia yang dimiliki Sufyan Tsauri. Suatu hari Sufyan Tsauri mengetahui seekor burung di dalam kurungan yang oleh pemiliknya siap dijual. Burung-burung tersebut mengibaskan sayapnya dan ekornya yang mana suaranya sangat memilukan seakan-akan memilukan. Karena sangat kasihan dan karena pribadinya yang menyayangi binatang, maka brung tadi dibelinya dan segera dilepaskan hingga akhirnya bisa terbang ke alam bebas.
Pada hari berikutnya, setiap malam sang burung selalu mengunjungi Rumah Sufyan Tsauri. Pada saat beliau shalat malam, burung tersebut bertengger di bahunya Sufyan Tsauri. Ketika tokoh sufi tersebut meninggal dan akan dimakamkan, burung tersebut ikut mengiringi sambil menangis tersedu-sedu bersama orang-orang yang merasa berkabung. Ketika mayatnya akan dimasukan ke liang lahat, lantas burung tadi menjatuhkan diri ke tanah galian. Kemudian terdengar suara dari dalam kubur,’’ Allah Yang Maha Kuasa telah mengampuni Sufyan Tsauri karena rasa kasihannya yang begitu dalam terhadap setiap mahluk. Sampai akhirnya burung tersebut ikut mati dan terkubur dalam liang lahat bersama Sufyan Tsauri.
Cerita kedua berkaitan dengan kisah Sufyan Tsauri yang memberi roti pada Anjing. Pada suatu hari Sufyan Tsauri duduk sambil menikmati sepotong roti, tiba-tiba datanglah seekor anjing dan mendekatinya, akhirnya beliau memberikan sepotong rotinya kepada anjing itu sedikit demi sedikit
Seseorang bertanya kepada beliau mengapa engkau tidak memberikannya kepada anak dan istrimu,?. Jika aku memberikan roti itu kepada anjing, dia akan terus menjagaku sepanjang malam sehingga aku bisa tekun melaksanakan shalat dengan tenang,’’ Jawab Sufyan Tsauri. Tetapi jika aku memberikannya kepada anak dan istriku kemungkinan mereka akan menahanku dalam beribadah kepada Allah Swt.
Cerita selanjutnya berkaitan dengan rasa takut Sufyan Tsauri ketika mengantarkan jenazah ke pemakaman beserta sekelompok orang dimana beliau terus menangis sepanjang jalan.
Mengapa engkau menangis? Apakah karena engkau takut akan dosa-dosamu ? Tanya seseorang kepada beliau.
Sambil mencabuti jenggotnya Sufyan Tsauri menjawab,’’ Dosaku memang banyak, tapi dosa itu tidak lebih berarti daripada dibandingkan dengan segenggam jengkotku ini. Yang membuatku takut adalah ,’’ apakah keimananku yang sebenarnya atau bukan.