Pasar Xiaomi Mencoba Bangkit Kembali
Tapi kenyataan berkata lain, pada 2015 sejatinya Xiaomi menargetkan 100 juta smartphone namun hasilnya, penjualan kurun waktu itu hanya bisa mencapai 70 juta smartphone. Memang naik sebanyak 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tapi tak cukup untuk mempertahankan posisi pangsa pasar dunia yang diraihnya pada 2014. Secara umum penjualan smartphone pada 2015 di dunia memang melambat, bahkan Apple juga pada kuartal terakhir 2015 mengalami penurunan penjualan untuk pertama kalinya. Terkait dengan Xiaomi sendiri, strategi flas sale yang dapat melambungan namanya dengan begitu cepat ditiru oleh para pesaingnya. Xiaomi terjungkal dari posisi 5 besar produsen ponsel terkuat di kuartal pertama 2016.
Fakta mengejutkan adalah bahwa posisinya itu digulingkan Vivo dan Oppo yang merupakan rival sengitnya. Kedua pabrikan smartphone yang berbasis di China yang merupakan anak perusahaan dari BBK Electronics, yang berfokus pada penjualan offline sehingga masuk ke top 5. Dan hal inilah yang selama ini belum banyak dilakukan Xiaomi. Seperti yang dietahui, selama ini Xiaomi selalu menjual perangkat mereka secara online dengan menggunakan strategi penjualan flash sale. Dengan strategi ini, Xiaomi juga arus memutar otak terkait dengan masalah pasokan, mengingat jumlah pre-order belum tentu sama dengan pembelian.
Namun masalah masalah ini tak akan lagi muncul tahun depan karena Xiaomi berencana untuk mendirikan pondasi yang lebih kuat dari rantai penjualan offlinenya di kota kota besar dan menguraikan solusi untu meningkatkan pasokan barang. CEO Xiaomi Lei Jun mengatakan bahwa Xiaomy akan membangun lebih dari 1000 toko fisik selama beberapa tahun ke depan. Tahun ini Xiaomi tampaknya punya bekal untuk tampil lagi sebagai pemegang lima besar pangsa smartphone. Beberapa produk yang diluncurkannya seperti Red Mi Note 3 dan Mi 5 habis dipesan dalam hitungan detik pada sesi flash sale beberapa bulan lalu. Bahkan tidak sedikit yang kecewa karena tak bisa mendapatkannya. Akhirnya Xiaomi pun kemudian mengumumkan mengadakan open sale kembali.
Produk yang tak kalah sukses adalah Mi Max. Baru baru ini sang CEO Lei Jun mengumumkan bahwa pihaknya telah mengapalkan produknya sebanyak 1,5 juta unit dalam waktu dua bulan. Sayangnya kesuksesan Xiaomi itu tidak dirasakan di Indonesia, pasalnya produk produk Xiaomi masih terganjal aturan TINGKAT Kandungan Dalam Negeri (TKDN), sehingga para penggemar di tanah air kesulitan mencarinya. Juni lalu memang sempat diberitakan ada sekitar 10,000 unit Xiaomi yang disita karena masuk secara tidak resmi, dan memang pada waktu itu banyak produk Xiaomi yang dijual di pusat pusat perbelanjaaan ponsel meskipun status barangnya masih dipertanyakan.
Fakta ini juga sekaligus membuktikan bahwa Xiaomi masih menjadi produk yang paling dicari di Indonesia. Cukup disayangkan jika pihak Xiaomi tidak cepat cepat memenuhi aturan TKDN agar produknya bisa melenggang bebas di pasar Indonesia. Bahkan tak mustahil, pasar Indonesia yang besar bisa lebi memudahkan Xiaomi merebut posisi yang pernah diraihnya.