Kenali Kehebatan Sang Penakluk Konstatinopel !
Napoleon Bonaparte berkata kala itu bahwa,’...Kalaulah dunia ini sebuah negara, maka konstatinopel inilah yang paling berhak menjadi ibu kota negara. Kala tu, Konstatinopel menjadi kota yang paling di incar oleh berbagai bangsa di karenakan keberadaannya yang merupakan ibu kota imperium romawi timur dengan pertahanan kota yang sangat kuat. Terhitung tiga selat yang mengelilinginya diantaranya selat Bosphorus, Laut Marmara dan selat tanduk emas. Keberadaanya yang berada di pertengahan antara asia dan eropa pun menjadi penyebab mengapa wilayah tersebut dinilai strategis.
Konstatinopel |
Keberadaan Konstatinopel yang begitu istimewa menjadi sebuah prestasi besar bagi siapapun yang dapat menaklukannya. Tercatat selama 1.123 tahun tembok pertahanan Konstatinopel mampu menahan 23 serangan yang dialamatkan kepadanya. Hingga pada akhirnya, di tahun 1453 M, pasukan terbaik muslim dibawah pemimpin terbaik yakni Sultan Muhammad Al-Fatih dari Kekhalifahan Turki Utsmani mampu menerobos dan menaklukan kota terbesar dan terkuat pada masa itu..
Pemimpin Terbaik dengan Pasukan Terbaik |
Keberhasilan Sultan Muhammad Al-Fatih di usianya yang begitu muda tepatnya 21 tahun dalam menaklukan Konstatinopel merupakan bukti nyata dari kebenaran sabda Rasulullah yang mengatakan bahwa,’’ Kota Konstatinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan’’. (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335).
Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin, begitulah kata Nabi– Betapa tidak, Sultan Muhammad Al-Fatih adalah sosok pemimpin kuat, cerdas dan sholeh. Sepanjang hidupnya dari baligh sampai wafat ia tidak pernah meninggalkan shalat Tahajjud dan shalat Rawatib. Al-Fatih menguasai 6 bahasa sejak umur 21 tahun dan dikenal sebagai pakar dalam bidang kemiliteran, sains, matematika.
Pada masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan dan sastranya, zuhud lagi wara terhadap dunia dan memiliki pandangan ke depan yang tajam. Kedekatannya pada Ulama diantaranya Syekh Aaq Syamsudin dan Ahmad Al-Kurani menjadi faktor kuat yang memengaruhi keluhuran budi dan akalnya.
Muhammad Al Fatih dilahirkan dari keluarga kesultanan yang menguasai wilayah luas membentang dari Sivas di timur sampai Hungaria di barat, yakni Sultan Murad II dan lahir pada tanggal 30 Maret 1432. Ia menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayahnya, betul-betul mendidiknya agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang militer, Al-fatih dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan ia memiliki guru yang bernama Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kurani dan Aaq Syamsudin yang piawai dalam berbagai ilmu dan memiliki ketakwaan yang luar biasa.
Al-Fatih mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah islam dari zaman Rasulullah sampai zaman dimana ia hidup kala itu. Kecintaannya pada kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam . mendukung langkahnya dalam melakukan pertempuran menaklukkan benteng Konstantinopel.