Ini karakter Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis
Karakter menjadi hal yang penting saat ini ketika dunia seolah-olah berada dalam ambang kehancuran dengan banyaknya kasus-kasus yang menunjukan bobroknya karakter dan moral. Maka tidak aneh jika pendidikan karakter mulai menjadi fokus perhatian dari berbagai pihak. Berkaitan dengan karakter John Luther mengatakan hal ini:
“Good character is more to be praised than outstanding talent. Most talents are to some axtent a gift. Good character, by contranst, is not given to us. We have to build it peace by peace – by thought, choice, courage and determination.” Karakter yang baik lebih patut dipuji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik, sebaliknya, tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya sedikit demi sedikit – dengan pikiran, pilihan, keberanian, dan usaha keras.
Karakter yang baik lebih patut untuk diapresiasi karena keberadaannya not given tapi merupakan hal yang dibangun melalui proses yang amat panjang. Namun agaknya didalam kehidupan sehari-hari kita lebih cenderung menilai dan menghargai seseorang melalui apa yang tampak dari luar, seperti tampilan fisik yang notabenenya telah diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan di banding karakter yang dihasilkan dari proses yang tidak mudah.
Ini karakter Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis |
Karakter yang baik perlu untuk terus dibangun dan keberadaannya merupakan tanggungjawab dari berbagai pihak. Bagi indonesia yang memiliki kekayaan nilai baik dari nilai agama dan budaya, karakter yang baik merupakan manifestasi dari penghayatan nilai melalui proses pengalaman hidup. Maka menjadi sebuah ironi ketika karakter masyarakat indonesia tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam kekayaan agama dan budaya yang dimilikinya.
Lalu, bagaimana kiranya pribadi masyarakat indonesia?
Mochtar Lubis seorang budayawan dan sastrawan Indonesia mendeskripsikan ciri-ciri umum manusia Indonesia sebagai berikut: munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, masih percaya takhayul, lemah karakter, cenderung boros, suka jalan pintas, dan sebagainya. Lebih jauh, Mochtar Lubis mendeskripsikan sejumlah ciri utama manusia Indonesia:
Ini karakter Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis |
1. “Salah satu ciri manusia Indonesia yang cukup menonjol ialah HIPOKRITIS alias MUNAFIK. Berpura-pura, lain di muka, lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama, sejak mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakannya atau dipikirkannya atau pun yang sebenarnya dikehendakinya, karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.
2. Ciri kedua utama manusia Indonesia masa kini adalah segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, putusannya, kelakukannya, pikirannya, dan sebagainya. “Bukan saya” adalah kalimat yang cukup populer pula di mulut manusia Indonesia.’’
3. Ciri ketiga utama manusia Indonesia adalah jiwa feodalnya. Meskipun salah satu tujuan revolusi kemerdekaan Indonesia ialah juga untuk membebaskan manusia Indonesia dari feodalisme, tetapi feodalisme dalam bentuk-bentuk baru makin berkembang dalam diri dan masyarakat manusia Indonesia.
4. Ciri keempat utama manusia Indonesia adalah manusia Indonesia masih percaya takhayul. Dulu, dan sekarang juga, masih ada yang demikian, manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung, pantai, sungai, danau, karang, pohon, patung, bangunan, keris, pisau, pedang, itu punya kekuatan gaib, keramat, dan manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua…” “Kemudian, kita membuat mantera dan semboyan baru, jimat-jimat baru, Tritura, Ampera, orde baru, the rule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang merata dan adil, insan pembangunan. Manusia Indonesia sangat mudah cenderung percaya pada menara dan semboyan dan lambang yang dibuatnya sendiri.
5. Ciri keenam manusia Indonesia punya watak yang lemah. Karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk “survive” bersedia mengubah keyakinannya. Makanya kita dapat melihat gejala pelacuran intelektual amat mudah terjadi dengan manusia Indonesia.
6. Dia cenderung boros. Dia senang berpakaian bagus, memakai perhiasan, berpesta-pesta. Hari ini ciri manusia Indonesia ini menjelma dalam membangun rumah mewah, mobil mewah, pesta besar, hanya memakai barang buatan luar negeri, main golf, singkatnya segala apa yang serba mahal.” “Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali kalau terpaksa… atau dengan mudah mendapat gelar sarjana, sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya. Jadi priyayi, jadi pegawai negeri adalah idaman utama, karena pangkat demikian merupakan lambang status yang tertinggi.” (Mochtar Lubis, Manusia Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001).