Pengaruh Konflik dan Perceraian Orang Tua Terhadap Tumbuh Kembang Anak
Untuk memperoleh rumah tangga yang tenteram, Islam mengajarkan suatu tata cara yang dimulai dari tahap memilih calon suami istri, cara melamar, memberikan petunjuk cara berumah tangga yang mencangkup tugas suami dan istri. Cekcok ayah ibu, tak sekedar membuat gelisah anak anak, cekcok itu juga menimbulkan dampak psikologis yang buruk pada anak anak. Mereka merasa kurang aman karena pelindungnya ternyata tidak akur.
Mereka mengidolakan ayah ibunya, tapi ternyata idola itu tidak harmonis, mereka ingin belajar pada ayah ibunya, tetapi apa yang akan didapat jika orang tuanya cekcok melulu. Mereka malu pada teman temannya, bila ketahuan ayah ibunya terlalu banyak bertengkar. Rasa rendah diri dan rasa malu, rasa tidak berharga dan lain lain dapat saja menghinggapi anak tersebut.
Sebenarnya, percekcokan itu kadang kadang memang harus terjadi, bila memang demikian, usahakanlah agar pertengkaran itu tidak sampai diketahui oleh anak anak dan juga tidak diketahui oleh orang lain. Bila suami istri benar benar mematuhi ajaran Islam, seharusnya mereka tidak pernah cekcok. Akan tetapi ada yang mengatakan bahwa pertengkaran kecil kadang kadang diperlukan untuk asam garam kehidupan rumah tangga.
Kadang kadang cekcok berakhir dengan perceraian, Al Quran memang mengatur hal ini namun tak berarti menganjurkan perceraian. Perceraian itu menggegerkan Arasy Tuhan. Ia merupakan perbuatan yang boleh tapi sangat dibenci Tuhan. Anak anak pun amat tida menyenanginya jika ayah dan ibunya bercerai. Mereka terpukul keras menyaksikan orang tuanya bercerai apapun alasannya. Kekeliruan besar bila pasangan suami istri sampai mengakhiri ikatan mereka dengan perceeraian.
Akan tetapi nyatanya perceraian sering juga terjadi, dan bahakan perceraian itu terjadi setelah ada anak, ini luar biasa dan tentu ada penyebabnya. Penyababnya itu mungkin saja suami istri tidak memenuhi kewajiban kewajibannya. Kebanyakan penyabab perceraian adalah salah paham gampang terpengaruh oleh suara luar yang belum di cek kebenarannya. Kenyataanya istri memang paling mudah salah paham dan suami paling banyak membuat penyebab salah paham. Jadi keduanya sama sama memiliki kelemahan.