Mengapa Ibu Harus Cerdas?
Sebuah anugerah tersendiri bagi wanita untuk menjadi sosok ibu. Dengannya ia menjadi guru utama, pertama dan sepanjang hayat sang anak. Siapa yang tak tahu bahwa membesarkan seorang anak bukan hanya tentang memenuhi urusan fisik melainkan urusan jiwa. Membimbing jiwa sang anak untuk menjadi sebenar-benarnya manusia inilah yang merupakan perkara yang tidak ringan dan membutuhkan ilmu yang mapan.
Pernah mendengar bahwa para ibu dari orang-orang israel mendidik anak-anaknya sejak berada dalam kandungan. Para ibu itu ketika hamilnya begitu tekun untuk mengerjakan soal matematika, bermain piano, mendengarkan music klasik dan hal-hal lainnya yang menurut mereka akan menjadikan anaknya cerdas kelak.
Santer terdengar bahwa kecerdasan menurun dari ibu, entah berita benar atau tidak tapi suatu yang pasti bahwa cara ibu membangun ‘suasana’ belajar dalam rumah akan membangun kecerdasan anak. Bahkan sebelum anak lahir suasana belajar ini harus dibangun, setidaknya itulah yang dilakukan para ibu dari anak-anak bangsa yahudi yang mungkin dalam beberapa hal dikenal cerdas.
Sosok ibu merupakan figur utama sang anak, bagi anak-anak yang belum memahami baik-buruk dan benar-salah, setiap tindakan ibu bagi mereka adalah hal yang patut untuk dicontoh. Setiap tindakan sang ibu adalah hal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Cara ibu menatap, berbicara, merespon, bersikap begitu manjadi hal yang membuat anak merasa berharga atau tidak di dunia.
Sosok ibu memang harus cerdas karena ia mendidik manusia yang keberadaannya memiliki akal, jiwa, hati nurani dan sederet anugerah Tuhan lainnya. Jika orang merasa cukup hanya dengan menyekolahkan anaknya di sekolah, maka mereka salah besar karena sekolah terbaik adalah di rumah. sekolah terbaik adalah kondisi keluarga yang utuh yang saling mendamaikan dan mengajarkan kebaikan. Dan ibu yang cerdas untuk dapat menjalankan perannya sebagai istri dan ibu adalah kunci dari keberhasilan pendidikan di rumah.
Kecerdasan sosok ibu membuahkan kebijakan dalam berpikir dan bertindak, dengannya ia mampu memahami kondisi sang anak jika pun tidak ia akan bertindak dengan cara-cara yang menghargai sang anak. Sosok ibu ini tidak akan mudah menyimpulkan bahwa anak ‘’tidak bisa’’ terhadap suatu hal hanya karena ia berbuat kesalahan. Sang ibu tidak akan mudah melabeli anak dengan sebutan nakal, bodoh, pelit dan lainnya. Ia akan memahami bahwa segala kesalahan dan keburukan sang anak adalah bagian proses dari perkembangannya.
Ibu memiliki keharusan untuk mengenalkan anak pada dunia dan kepada Tuhan-Nya. Ia memiliki kewajiban untuk mengantar dan membimbing anaknya menjadi sebenar-benarnya manusia, Lalu bagaimana jadinya jika ia tak tahu jalan mana yang dapat membuat anaknya menjadi sebenar-benar manusia? Ingatlah, bahwa manusia merupakan mahluk penuh kompleksitas yang keberadaannya harus dibimbing dengan ilmu? Bahkan ilmu hari ini belumlah cukup untuk membahas apa, siapa dan bagaimana manusia? Lalu bagaimana jadinya jika sosok ibu gagap tentang ilmu tentang mendidik anak?