Ini Keistimewaan Mata Uang Dinar & Dirham
Sebelumnya kita tahu dinar dan dirham merupakan alat tukar pada zaman Rasulullah Saw. Tahukah bahwa Dinar mencerminkan emas mumi seberat 4,25 gram. Sementara dirham terbuat dari perak dengan berat 3 gmm. Dari sisi berat, 7 dinar sama dengan 10 dirham.
Pada waktu itu dinar dan dirham bukanlah mata uang asli penduduk mekkah. Dinar disebut-sebut sebagai mata uang asli Byzantium sementara dirham merupakan mata uang asli Persia. Pengesahan Rasulullah terkait kedua mata uang yang harus digunakan dalam perekonomian umat muslim waktu itu menunjukan bahwa dinar dan dirham yang tidak lain adalah emas dan perak pantas untuk dijadikan mata uang universal.
Hal ini bukanlah hal yang aneh ketika kita tahu bahwa dinar dan dirham merupakan mata uang yang sangat stabil – sepanjang sejarah. Berbeda dengan fiat money (uang kertas) yang cenderung mengalami inflasi setiap saat, dinar dan dirham (emas dan perak) sangat kuat sehingga hampir tidak pernah mengalami inflasi.
Ini Keistimewaan Mata Uang Dinar & Dirham |
ltulah kenapa, meskipun penggunaan emas sebagai alat transaksi dalam dunia modern telah dihentikan oleh Pemerintah AS, 1934, namun masyarakat dunia tetap menggandrungi emas sebagai alat investasi. Alasannya, menyimpan kekayaan dalam emas tetap stabil dibandingkan dengan dolar, bahkan bisa mendatangkan keuntungan berlipat di saat dolar AS mengalami depresiasi (penyusutan nilai mata uang) terhadap mata uang asing atau mengalami inflasi di dalam negeri. (Riawan Amin, Satanic Finance).
Emas yang keberadaannya berharga dan sangat tahan terhadap inflasi, sayangnya fungsinya dipreteli. Fungsinya sebagai alat tukar dicopot dan hanya menjadi alat penyimpan kekayaan. Emas yang langka, digantikan dengan kertas yang melimpah. Hebatnya, meskipun secara instrinsik kertas hampir tidak bernilai, di tangan kekuasaan ekonomi , kertas menjadi tak ubahnya "emas". Kertas seolah merupakan emas yang berharga as good as gold.
Hari ini mata uang tidak lagi ditentukan oleh kelangkaan emas, perkara ini diserahkan kepada manusia yang didudukkan dalam lembaga yang memegang otoritas moneter. Yang menjadi kekhawatiran adalah apakah otoritas moneter ini benar-benar akan melakukan tugas (mencetak uang) itu atas dasar kepentingan negara dan menjaga kepentingan manusia seluruhnya?
Entahlah, kita hanya tahu bahwa kekuasaan dan kewenangan yang sangat istimewa tersebut mudah sekali menggelincirkan manusia untuk bertindak atas kepentingannya sendiri. Jika ini yang terjadi celakalah kehidupan seluruh umat dunia saat ini.
Dengan lugas George Bernard Shaw pernah mengingatkan:
"Anda harus memilih antara stabilitas alamiah emas dengan kejujuran dan kecerdasan para wakil yang duduk di pemerintah. Dan tanpa mengurangi rasahormat saya kepada mereka, saya menganjurkan Anda, selama sistem kapitalis yang akhirnya unggul, untuk tetap memilih emas."