Ini Dia 7 Macam Nafsu yang Ada Pada Diri Manusia
1, Nafs Al-Hayawaniyyah
Nafs Al-Hayawaniyyah adalah naluri jazad manusia yang cenderung pada kebendaan. Nafsu ini merupakan dimensi dari sifat Zhulm, gelap dan materialistic. Dari sifat Zhulm ini terpancar sifat bahimiyah (ehewanan), kesyahwatan, kekufuran, ketamakan, kezaliman dan kecintaan teradap dunia. Manusi manusia yang tidak mampu melepaskan diri dari Nafs Al-Hayawaniyyah ditandai oleh kecenderungan untuk ingkar terhadap nikamat Allah, mendewakan materi (taghut), eras kepala dan menolak kebenaran, jika terkena musibah mudah putus asa dan mendustakan ayat ayat Allah.
2, Nafs Al-Musawwilah
Nafs Al-Musawwilah adalah nafsu manusia yang membangkitkan khayalan menyesatkan dan menipu. Nafs Al-Musawwilah memancarkan gambaran gambaran yang menipu dan membawa manusi apada hasrat kesyahwatan, kecintaan terhadap harta benda, mabuk kekayaan duniawi, kesyahwatan yang menyimpang, sifat kejam, tidak peka terhadap derita orang miskin serta cenderung berfiir dan berhasrat pada kebendaan sehingga mengingkari yang gaib. Manusia yang perilakunya diuasai Nafs Al-Musawwilah dicirikan dengan sifat sifat khayalan yang membawa pada perbuatan suka berdusta, suka bersumpah palsu, menghalangi orang lain menempuh kebenaran dan meremehkan kekuasaan Tuhan, suka berbuat mungkar dan mencegah perbiuatan makruf, menyombongkan diri dan hidup berfiya foya, suka memakan maanan haram dan percaya ramalan dukun.
3, Nafs Al-Ammarah
Yaitu kecenderungan manusia yang mengarah pada kejahatan namun mengarah pula pada rahmat Illahi, ini adalah sifat sifat kesyetanan sekaligus sifat sifat manusiawi yang mencitrai keberadaan manusia. Dari nafsu al-ammarah ini memancar sifat sifat yang saling bertentangan, yaitu sifat takabbur, ujub, riya, kidzb, ghibah, namimah, mukhtal, hasad, hiqd, ghadab, iri, dengki, dendam kesumat dan sifat wara’, hauf, raja, istiqomah dan ghirah. Dengan adanya pertentangan sifat sifat nafsu al-ammarah ini, pengendalian sekaligus pengarahhan diri sangat sangat menentukan bagi mereka yang ingin menemukan jalan lurus ke arahNya, sebab jika nafsu ini lepas kendali, ia akan menimbulkan kesesatan dan kebinasaan. Namun jika dikendalikan dan diarahkan kepada sifat taqwa, nafsu al-ammarah iniakan menuju kepada tauhid yang berujung pada limpahan rahmat Illahi.
4, Nafs Al-Lawwamah
Yaitu nafsu yang mengkritik, mencela kejahatan dan membencinya. Apabila terlanjur berbuat kejahatan dia akan lekas menyadari dan menyesali dirinya. Memang ia menyukai perbuatan baik, namun kebaikan itu tidak dapat dipertahankannya secara terus menerus karena dalam hatinya masih bersarang maksiat maksiat bathin, meskipun hal ini diketahuinya sebagai perbuatan tercela dan ia tidak menyukainya, kemaksiatan bathin itu sellau menyerangnya. Sehinga apabila serangan maksiat bathin itu kuat sekali kali dia terpaksa berbuat masiat karena lahir tidak mampu melawannya.
Meskipun demikian dia tetap berusaha menuju keridhaan Allah sambil mengucap istighfar, memohon ampun dan menyesali atas perbuatannya. Dari nafsu al-lawwamah ini lahir kesadaran manusia yang belum sempurna yang masih memiliki sifat sifat hewan (bahimiyyah), kebuasan (syuba’iyyah), setan (syaithaniyyah) dan ketuhanan (rububiyyah) yang melahirkan sifat sifat bertentangan yakni rakus, kufr, fasiq, syahwat, pikiran jahat, dusta, marah, zalim, iri hati, benci, dendam , takabbur dan juga rasa sesal, taubah, tawadhu, dzauq (rindu) dan khauf (takut).
5, Nafs Al-Mulhamah
Yaitu pancaran sifat sifat tauhid yang membawa manusia pada keyakinan tentang kebenaran Illahi. Tetapi khilasan khilasan khayalan yang lahir dari lintasan piiran “khawatir’’ di dalam hati cenderung mengganggunya, karena lintasan pikiran itu selain ada yang bersifat Illahiyah dan ruhaniyyah juga ada yang bersifat syaithaniyyah, Sifat sifat yang timbul dari nafsu al-mulhamah adalah pemurah, merasa cukup dengan apa yang ada, merendahkan diri dihadapan Allah (tadharu), memohon ampun kepada Allah, sabar dalam menghadapi segala hal yang menimpa dan tenang dalam menghadapi setiap kesulitan.
6, Nafs Al-Muthma’innah
Nafsu semacam ini diartikan sebagai jiwa yang tenang, pada jiwa ini aspek rasio dapat berkembang secara optimal, akal pun berfungsi secara maksimal. Nafsu ini memancarkan sifat syukur, qanaah, dzauq, mahabbah, zuhd, shabr, ridha, ikhlas dan dzikr al-maut (mengingat mati).
7,Nafs Al-Wahidah
Nafsu jenis ini merupakan sumber asal kejadian manusia yang merupakan manivestasi pancaran hakiki Al-Jalal (Tuhan Yang Mahaagung) dan Al-Jamal (Tuhan Yang Mahaindah). Dari manivestasi nafsu ini terletak jiwa pertama Adam. Citra Al-Insan yang didalamnya bersemayam ruh Illahi.