Relawan Pendidikan: Solusi Nyata Meningkatkan Kualitas Pendidikan Bangsa

TendyNews.com - Beberapa waktu lalu, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan (Kemdikbud) mencanangkan wacana pendidikan gawat darurat yang dikomandoi oleh Mendikbud, Anies Baswedan. Wacana tersebut tampaknya berangkat dari kondisi pendidikan di Indonesia yang cukup memilukan, sehingga diperlukan langkah nyata dan masif untuk mengatasinya.

Pendidikan sebagai langkah nyata untuk memajukan bangsa, tampaknya belum berhasil mencapai tujuannya. Indonesia dengan jumlah penduduknya lebih dari 200 juta orang, harus menghadapi tantangan besar untuk dapat memberikan pendidikan yang adil kepada seluruh rakyatnya. Pendidikan yang tidak merata merupakan salah satu masalah yang harus diatasi oleh bangsa ini, khususnya ditengah seruan moral dunia yang dengan tegasnya menyatakan Pendidikan Untuk Semua (PUS).


Sebutan gawat darurat yang disematkan terhadap pendidikan di Indonesia bukanlah tanpa alasan. Kondisi tersebut direpresentasikan dari beberapa berita buruk mengenai dunia pendidikan yang ditayangkan oleh berbagai media nasional.

Jika dilihat dari aspek lingkungan fisik, 75% sekolah tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Begitu juga dengan kualitas guru yang begitu rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil rata-rata uji kompetensi guru yang berada pada nilai 44,5, sedangkan standar yang diharapkan berada pada nilai 70. (Tahun 2012)

Masalah ini berlanjut dengan rendahnya kualitas output pendidikan, diantarannya posisi Indonesia yang berada pada peringkat ke-40 dari 42 negara dalam pemetaan TIMSS bidang literasi sains tahun 2011. Kemudian Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara dalam pemetaan PISA tahun 2012. Selain itu minat baca yang rendah, kekerasan fisik dan seksual dalam lingkungan pendidikan, serta masalah lainnya yang berorientasi pada rendahnya mutu output pendidikan.

Problema pendidikan tersebut tentunya bukan hanya tanggung jawab Kementerian Pendidikan atau Institusi Pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak. Terlalu besar rasanya kalau pendidikan di Indonesia hanya disandarkan pada bahu pemerintah.

Saat ini, ditengah kemerosotan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam berbagai dimensinya, kita tidak bisa hanya menuntut dan menyalahkan pihak lain. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah bertindak sedini mungkin, dimulai dari yang terkecil dengan semangat kebersamaan. Jika hal ini dilakukan secara kolektif dan berkelanjutan, tentu akan menghasilkan suatu perubahan yang luar biasa.

Salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan untuk berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui kesempatan menjadi relawan pendidikan. Relawan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut volunteer adalah mereka yang siap dan rela untuk berkorban. Dalam bidang pendidikan, relawan adalah mereka yang mengorbankan tenaga, ilmu dan kecakapan yang dimilikinya untuk mendidik generasi bangsa, terutama bagi mereka yang memiliki kesulitan dalam mengakses pendidikan.

Dalam kapasitas tertentu, relawan pendidikan menjelma menjadi guru atau pendidik yang keberadaannya begitu mendesak untuk mengawali perbaikan kondisi pendidikan bangsa. Jika tidak berlebihan, sikap berkorban dan tanpa pamrih yang dimiliki relawan pendidikan akan mengingatkan kita pada sosok pahlawan bangsa, Muhammad Natsir. Beliau adalah sosok pahlawan yang memiliki idealisme tinggi dalam memajukan pendidikan bangsa dan merupakan contoh teladan hidup yang mengutamakan sikap berkorban tanpa pamrih dalam perjuangannya mendidik generasi bangsa.

Jika menelisik lebih jauh tentang Muhammad Natsir, rasanya kita akan mengiyakan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Di era kekinian, relawan pendidikan adalah sosok guru yang sarat dengan sikap berkorban tanpa pamrih untuk memajukan kualitas pendidikan bangsa ini.

Catatan :
PISA : Programme for International Student Assesment
TIMSS : Trends in International Mathematics and Science Studies
close