Ini Hutang Barat Yang Tidak Akan Pernah Terbayar Terhadap Muslim
Kaum Kristen di Eropa, menurut Wallace-Murphy, mengenal ilmu pengetahuan bukanlah langsung dari warisan tradisi Yunani, tetapi melalui buku-buku berbahasa Arab yang ditulis oleh ilmuwan- ilmuwan Muslim dan Yahudi. Mereka belajar dan menerjamahkan secara bebas pada pusat-pusat pembelajaran Islam di Spanyol, yang disebutnya sebagai “the greatest cultural centre in Europe”. Ketika itu, Barat menjadikan kampus-kampus di Spanyol sebagai model. Tahun 1263 berdirilah Oxford University, dan tak lama sesudah itu berdiri pula Cambridge University. “It was the well known and respected colleges in al-Andalus that became a models on which Oxford and Cambridge were based,” tulis Wallace-Murphy. Jadi, kampus-kampus terkenal di Eropa seperti Oxford University dan Cambridge didirikan dengan mengambil model kampus-kampus terkenal dan hebat yang ada di Andalusia. (Adian Husaini, Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter)
Islam Civilization |
Sejarawan Louis Cochran menjelaskan, bahwa Adelard of Bath (c.1080-c.1150), yang dijuluki sebagai “the fist English scientist”, berkeliling ke Syria dan Sicilia selama tujuh tahun, pada awal abadke-12. Ia belajar bahasa Arab dan mendapatkan banyak sekali buku-buku para sarjana. Ia menerjemahkan “Elements” karya Euclidus, dan dengan demikian mengenalkan Eropa pada buku tentang geometri yang paling berpengaruh di sana. Buku ini menjadi standar pengajaran geometri selama 800 tahun kemudian. Adelard juga menerjemahkan buku tabel asronomi, Zijj, karya al-Khawarizmi (d. 840) yang direvisi oleh Maslama al-Majriti of Madrid (d.1007). Buku itu merupakan pengetahuan astronomi termodern pada zamannya. (Wallace-Murphy, 117)
Salah satu penerjamah terkenal adalah Gerard of Cremona yang menghabiskan waktunya selama hampir 50 tahun di Toledo (dari sekitar tahun 1140 sampai kematiannya sekitar tahun 1187).
Ia menerjemahkan sekitar 90 buku berbahasa Arab ke bahasa Latin; separoh lebih mengenai matematika, astronomi, dan sains lainnya; sepertiga berkaitan dengan kedokteran, dan sisanya
berkaitan dengan masalah fisafat dan logika. Semua cabang ilmu ini kemudian dikenal sebagai bagian integral dari fondasi apa yang dikenal sebagai “intellectual renaissance” di Eropa pada abad ke-12 dan ke-13. Karena itulah, kata Wallace-Murphy, Barat mempunyai hutang yang sangat besar dan tak ternilai terhadap kaum Muslim. Hutang itu, selamanya, tidak akan pernah bisa dibayar. (Adian Husaini: Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter)
Ketika barat berada dalam masa kegelapan, umat muslim telah mencapai kehidupan yang terang benderang dengan tingginya keilmuan yang dimilikinya. Ilmuan-ilmuan muslim menjadi peletak dasar ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang diantaranya, Al-khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Al-Biruni dan masih banyak lagi. Tak ayal kehebatan ilmuan muslim dengan karya-karyanya menjadi sumber keilmuan yang diadopsi oleh barat sebagai pondasi perkembangan ilmu pengetahuan barat sampai saat ini.
Islam menjadi begitu tinggi dengan komitmen umatnya dalam menggali konsep keilmuan yang didasari Al-Quran dan Al-hadits. Islam dengan ajarannya menjadi dasar tingginya peradaban yang di capai umat muslim masa lalu. Namun sayangnya saat ini kita begitu asing dan aneh untuk melibatkan ajaran Al-Quran dan alhadist ketika berbicara ilmu pengetahuan. Bahkan agaknya kita lebih gandrung dan bangga berbicara konsep dan teori yang berasal dari barat dengan mengabaikan bagaimana konsep islam dalam memandang suatu hal.
Kita umat muslim hari ini mungkin sering kali menjadi silau dengan peradaban barat dan menjadi bingung untuk bagaimana menjadi sebaik-baiknya umat muslim. Kemunduran umat muslim hari ini barang kali karena kita terlalu lama menyimpan Al-Quran dan Sunnah Nabi di balik lemari kamar kita, atau agaknya kita terlalu buta terhadap sejarah yang begitu gamblangnya menggambarkan peradaban islam di masa lalu, ataukah mungkin karena kita masih mencari jawaban dari pertanyaan,’’tentang seberapa dalam keislaman kita hari ini?