Tak Melulu Soal Cinta, Usia 20 Tahun-an Adalah Tentang Pertumbuhan Pribadi
TendyNews.co Usia 20 tahunan diidentikan dengan masa dewasa awal, bagaimana tidak jika dirunutkan masa hidup Rasulullah sekurang-kurangnya kita telah menginjak 1/3 kehidupan. Usia tersebut dinilai cukup matang apalagi jika melihat sejarah pencapaian orang-orang di usia ini. Contoh kecilnya adalah bagaimana Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukan kontantatinopel pada usia 21 tahun. Lalu seiring berganti nya generasi kita malah menemukan sebuah anomali ketika para generasi mudanya malah sibuk dengan kegalaunnya sendiri. Tak melulu soal cinta, usia 20 tahunan adalah tentang apa dan bagaimana hidup mu agar senantiasa tumbuh secara pribadi.
Akhir-akhir ini kita cukup dikejutkan dengan berita pernikahan dari sosok kenamaan seperti Alvin yang menikahi Larissa Chou di usia 17 tahunnya sampai pernikahan Muzzammil sang alumnus ITB yang suaranya begitu merdu terdengar. Belum lagi berita tentang pernikahan beda usia dari pasangan Slamet Riyadi (16) dan Rohayati (71) dan menyusul pasangan-pasangan lainnya. Berita tersebut santer membuat para generasi milenial ini berjibaku dengan urusan-urusan hati karena setiap kali mereka membuka media sosial yang ada hanyalah sorotan visual dengan caption baper tentang pernikahan.
Bukan suatu hal yang salah untuk memikirkan cinta, apalagi bagi mereka yang memasuki usia 20 tahunan. Sangat manusiawi sekali untuk berpikir tentang cinta, yang dirasa tak wajar adalah ketika kita tenggelam dalam urusan ini hingga melupakan penghargaan terhadap diri sendiri. Menjadi hal yang menyedihkan ketika kita berjibaku dengan urusan yang sebenarnya telah jelas tertulis dalam guratan takdir. Alih-alih memikirkan tentang seseorang yang tak tahu rimbanya, usia 20 tahunan adalah saat dimana kita harus berpikir lebih banyak tentang diri kita sendiri.
Usia 20 tahunan adalah waktu yang tepat untuk lebih banyak memberikan ruang terhadap diri kita sendiri baik itu ruang pikiran, hati maupun energi. Setelah bergalau ria dengan kelabilan di usia remaja, tidak kah kita berpikir bahwa kita terlalu banyak memikirkan tentang orang lain?. Itulah mengapa kita harus mulai lebih banyak berpikir tentang diri kita sendiri. Berpikir untuk mendeskripsikan siapakah diri kita sebenarnya, tentang harapan dan cita-cita terbaik yang perlu diperjuangkan, tentang dunia yang ingin kita jelajahi, tentang informasi apa yang kita minati, tentang karir masa depan yang akan kita lakoni, dan hal-hal lainnya yang secara pribadi akan menunjang pertumbuhan pribadi.
Alih-alih berpikir tentang orang lain saatnya kamu mulai berpikir untuk mengenali dirimu sendiri. Mencoba mengenali diri tentang kecenderunganmu bersikap, caramu dalam belajar dan mengambil keputusan, kecenderunganmu dalam berinteraksi dengan orang lain, tipikal orang dengan kepribadian yang bagaimanakah kamu, tentang cita dan harapan, tentang dunia yang kamu ingin jalani dan hal-hal lain tentang mengapa dan bagaimana kehidupan yang telah dan akan kamu jalani.
Dalam proses memahami lebih banyak tentang diri sendiri, kita perlu mengenal lebih banyak orang. Dengan mengenali lebih banyak orang, kita akan tahu tentang diri kita melalui perbedaan. Hal tersebut membuat kita lebih banyak memahami tentang bagaimana orang tumbuh dengan beragam lingkungan yang mendasarinya. Pengalaman mengenal banyak orang secara mendalam memberikan pelajaran banyak tentang bagaimana seharusnya kita bersyukur dengan menghidupkan kehidupan alih-alih melulu tenggelam dengan urusan cinta.
Selanjutnya pada usia 20 tahunan ini, kita harus lebih banyak mengandalkan diri kita sendiri dari sekedar urusan tentang makan sampai urusan perasaan. Jangan menggadaikan perasaan pada orang lain dan jangan menggantungkan kebahagiaan pada selain Tuhan. Tepat sekali jika kita mulai merencanakan kegiatan solo atau bahkan solo traveling. Dengan bepergian sendirian, kita belajar untuk mengandalkan diri kita sendiri dengan secara penuh mengoptimalkan setiap pikiran, pengetahuan, dan potensi diri kita sendiri. Dengan solo traveling ke tempat-tempat asing, kita akan belajar betapa kita hanyalah bagian kecil di dunia yang mencoba untuk selalu mempertahankan diri.
Jika pun kita tak sempat menjelajahi tempat yang mampu membuka dunia kita, maka barang kali buku adalah jawaban terbaik untuk meringkas ruang dan waktu. Buku bak pintu-pintu inspirasi yang di dalamnya tertulis pelajaran berharga dari berbagi generasi. Buku adalah kendaraan terbaik untuk menjamah dimensi yang secara fisik tidak dapat kita sentuh. Singkatnya, buku adalah alat paling mudah yang memungkinkan kita untuk terus tumbuh.
Intinya usia 20 tahunan adalah tentang bagaimana kita untuk terus tumbuh secara pribadi. Bertumbuhan pribadi untuk senantisa menjadi insan yang lebih baik sesuai dengan Titah Tuhan. Pertumbuhan pribadi menuju pada kehidupan yang sarat dengan nilai yang Tuhan ajarkan. Dan proses pertumbuhan tersebut menyiratkan berbagai cara dan proses yang menunjang manusia untuk terus belajar.
0 Response to "Tak Melulu Soal Cinta, Usia 20 Tahun-an Adalah Tentang Pertumbuhan Pribadi"
Post a Comment