Sultana, Sang Putri Kerajaan Arab Saudi
Tulisan ini merupakan refleksi penulis dari novel yang berjudul Princess yang ditulis oleh Jean P. Sasson. Pekerjaann yang diemban Jean P. Sasson mempertemukannya dengan salah satu putri kerajaan dan menjadi salah satu sahabat karibnya.
Adalah Sultana, salah satu putri kerajaan Arab Saudi yang menceritakan bagaimana menjadi putri dari sebuah kerajaan yang begitu melimpah dengan kekayaan. Sultana merupakan anak bungsu dari 16 bersaudara dimana hanya terdapat saudara laki-laki dalam keluarganya.
Sebagai seorang putri kerajaan, ia memiliki kemudahan dan kemewahan hidup yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Keluarga kerajaan arab Saudi benar-benar kaya, mereka memiliki rumah yang layaknya sebuah istana dengan pelayan tak kurang sampai 20 orang, memiliki jet pribadi, dan perhiasan berharga jutaan dolar. Selain itu kecenderungan para laki-laki untuk berpoligami pun membuktikan bahwa mereka benar-benar kaya untuk dapat menafkahi setiap istri dan anak-anaknya dengan kekayaan dan kemewahan secara merata.
Namun benarkah kekayaan dan kemewahan dapat menjawab arti kebahagiaan?
Bagi Sultana, kekayaan dan kemewahan yang ia miliki tak lantas menjadikannya sebagai orang bahagia dan merdeka. Siapa sangka sifat bangsa arab yang tidak menganggap perempuan sebagai mahluk yang berharga masih ada sampai sekarang. Sebagai sosok perempuan ia begitu merindukan kasih sayang ayah-nya yang entah mengapa hanya tercurah kepada saudara laki-lakinya yang bernama Faruq. Entah apapun yang terjadi kelahiran laki-laki menjadi suatu kebahagiaan dan kebanggaan keluarga tapi sebaliknya kelahiran bayi perempuan membuat orang merasa takut dan terhina. Bahkan ketiadaan anak laki-laki dalam keluarga dapat menjadi dalih bagi suami untuk berpoligami. Bagi mereka laki-laki adalah penguasa.
Adat ini menempatkan perempuan pada posisi inferior yang bahkan tidak berhak berbicara pada apa-apa yang menurutnya benar. Hal ini membuat pribadi Sultana menjadi sangat memberontak pada budaya yang menempatkan laki-laki pada posisi dominan ini. Tak aneh, ia tidak menjadi seperti kebanyakan perempuan Arab yang patuh dan mengiayakan segala sesuatu yang berasal dari pihak laki-laki. Bagi Sultana, kemerdekaan pribadi adalah hal yang harus diupayakan.
Dari novel berjudul princess ini sedikit banyak kita akan tahu budaya bangsa arab dalam menempatkan perempuan. Di negeri ini, poligami adalah hal yang lazim bahkan dari mereka yang terkaya sampai yang termiskin. Barang kali mereka bersandar pada kebolehan agama untuk berpoligami. Namun sayang sekali mereka tidak mencontoh bagaimana Nabi dalam memperlakukan setiap istrinya dengan sangat baik dan hormat. Tak jarang, pernikahan hanya disandarkan pada kebutuhan diri untuk menyalurkan nafsu dan tidak ada suatu keadilan sebagaimana layaknya syarat poligami itu sendiri.
Ada suatu yang menarik dari novel ini karena ada begitu banyak kisah kehidupan di balik cadar-cadar yang menutupi wajah perempuan. Pada waktu itu, pendidikan adalah hal yang sulit didapatkan oleh perempuan. Perempuan seolah-oleh tidak memilki kemerdekaan diri untuk menentukan arah kehidupannya. Menginjak usia balighnya kisaran 13 tahun, perempuan harus menghadapi dunianya dengan siap untuk dinikahi oleh calon suami pilihan orang tuanya. Meskipun calon suaminya seumuran dengan ayahnya ia harus menerima bahkan jika harus dijadikan istri keempat sekalipun.
Seorang perempuan berusia 17 tahun bisa saja dinikahkan dengan bapak tua berumur 53 tahun. Hal ini adalah pandangan biasa yang bisa ditemukan di Arab Saudi bahkan kabarnya Raja Abdul Aziz sebagai leluhur bani saud memiliki tidak kurang 300 istri. Maka kerajaan arab Saudi adalah kerajaan yang besar baik kekayaannya maupun anggota keluarga.
Kembali pada Sultana, ia menikah di usia 16 tahun dan beruntung bersama suami yang cukup membuatnya tertarik. Ia dikaruniai 3 orang anak (1 laki-laki dan dua orang perempuan) dan memperlakukan mereka dengan baik tidak seperti halnya yang ia dapatkan dari ayahnya dulu. Delapan tahun masa kebahagiaan dengan suami yang bernama karim itu berakhir ketika suaminya mengajukan keinginan dirinya untuk berpoligami. Lalu apa yang terjadi? Selengkapnya di Novel Princess, Jean P. Sasson Jilid I, Selamat Mencari dan Membacanya.