Manis Getir Perjalanan Karir Seorang Iwan Fals
Pria bernama asli Virgiawan Listanto ini memang dekat dengan kaum miskin kota, terutama pengamen jalanan, sebab meski terlahir dari keluarga berkecukupan, kepeduliannya justru membawa pria kelahiran Jakarta 3 september 1961 ini banyak bergaul dengan pemusik jalanan. Sejak kecil ia memang terkenal sudah berjiwa sosial tinggi. Tak jarang ia membawa pakaian dan sepatu baru yang mahal kepada teman yang benar benar membutuhkannya.
Kepeduliannya itu juga yang membuatnya tak jengah untuk ikut menjadi pengamen jalanan bersama teman temannya sewaktu SMP di Bandung. Kecintaanya pada gitar kemudian membuat ia bertekad untuk menekuni musik sebagai jalan hidupnya. Iwan pun kemudian mencoba mengarang lagu sendiri dengan candaan, guyonan, dan kritikan dengan mengubah beberapa lagu orang lain. Rupanya ini justru disenangi pendengarnya, kemudia Iwan yang makin getol bermusik, dibantu rekannya Engkos, manajer yang berprofesi sebagai tukang bengkel sepeda motor, mulai menyanyi di berbagai acara hajatan, kawinan atau sunatan. Menginjak SMA, lagunya sempat dilirik seorang produser dari Jakarta.Maka dengan bekal menjual motornya, ia bersama beberapa teman pergi rekaman ke Jakarta, namun sayangnya album perdananya kurang sukses.
Namun teadnya sudah bulat, maka untuk mencari modal untuk rekaman lagi, ia pun kembali mengamen dan ikut berbagai festifal. Seja saat itu suami dari Rosanna ini sempat menelurkan empat album lagi, dan lagi lagi semuanya kurang diterima pasar luas. Tetapi Iwan yang sudah punya tekad kuat, merasa harus terus berjuang. Ia memutuskan, jika sudah menekuni satu bidang, harus terjun total. Buah keyakinannya itu ternyata terbukti, ia mendapat kesempatab rekaman lagi. Kali ini di sebuah label besar yakni Musica Studio. Salah satu albumnya yang berjudul Mata Dewameledak di pasaran, dengan lagu khas berlirik khas yang diangkat dari kepedulian dan keprihatinan terhadap masalah sosial di sekitarnya, nama Iwan melambung.
Sejak namanya mulai dikenal luas, ia beberapa kali tetap manggung di pentas hajatan kawinan dan sunatan. Namun justru semangat kedekatannya dengan kaum miskin dan tersisih itulah yang makin mengangkat namanya. Beberapa tahun kemudian, ia lebih banya berkolaborasi dengan musisi lalin dengan tetap mengangkat lagu lagu bertema kritik sosial. Iwan kembali mengeluarkan beberapa album yang kali ini banyak bertemakan cinta, sebab menurutnya dengan cinta, dunia ini akan semakin sejuk dan damai. Berbagai pandangan, kepedulian, dan kedekatan dengan kaum marjinal itulah yang sempat membuat Iwan dinobatkan sebagai Pahlawan Besar Asia oleh majalah Time Asia.
Kini, dibantu ibunya, Lies Haryoso, ia mendirikan yayasan sosial yang menampung anak anak tidak mampu dan menyantuni orang orang jompo. Yayasan yang dinamai Hairun Nissa itu masih eksis dan terus memberikan santunan kepada orang orang ta mampu hingga sekarang. Saat ini tercatat sudah lebih dari 200 anak dalam panti yang diasuhnya, kemudian, lebih dari 90 anak non panti juga dibimbingnya, ada juga sekitar 300 lebih orang jompo yang diperhatikan yayasannya.
Buah keyakinan akan menjadi kenyataan jika terus di tekuni tanpa putus asa dan sikap pantang menyerah. Seperti yang ditunjukkan Iwan Fals yang album perdananya kurang laku di pasaran. Ia tetap berjuang penuh semangat, sembarti menunjukan kepedulian kepada sesama, hasilnya, suksesnya kini tak hanya berarti baginya, namun juga bagi mereka yang membutuhkan.