Wah, Ternyata Sikap Ayah Mempengaruhi EQ Bayi

TendyNews.com - Siapa sangka bahwa sikap ayah di asumsikan mempengaruhi EQ bayi. Rasanya hal jamak yang diketahui tentang kehidupan bayi lebih berkaitan dengan sikap dan pola pengasuhan dari ibu.Tapi disini kita akan tahu bahwa dalam taraf tertentu ayah begitu memiliki keterikatan emosional dengan bayi sehingga mempengaruhi sikapnya dalam beberapa hal. Jika si Ayah suka nempilkan wajal sebal, si bayi konon mengamati dan ikut-ikutan menampilkan wajah sebal juga. Jika si Ayah suka cemburu, eh si bayi juga konon begitu juga. Selengkapnya tentang pengaruh sikap ayah terhadap EQ bayi berikut:



Usia 0 - 3 Bulan

Hubungan emosional bayi dengan ibunya sudah ada sejak dalam kandungan, demikian kata sebagian pakar. Bayi bisa tahu bila ibunya dalam keadaan stres atau tenang. Jika ibu stres, biasanya bayi ikut rewel, cengeng, dsb.). Jika ibunya tenang, bayi pun tenang. Jika saat ini ibu stres akibat kecemburuan ayah terhadap bayi (yang ditunjukkan lewat perbuatan atau kata-kata yang negatif), otomatis, bayi pun bisa merasakannya dan ikutikutan stres.

Sebagian pakar lain mengatakan bahwa hubungan bayi dengan orangtuanya mulai terjalin saat ayah - ibunya memberinya minum, menggendong, mendekap, dan menenteramkannya. Kualitas hubungan bayi dengan ayah-ibunya di masa ini akan mempengaruhi proses perkembangan keterampilan
sosialnya nanti. Jika kecemburuan ayah sampai memperburuk kualitas hubungannya dengan bayi, dikhawatirkan buruk pula proses perkembangan keterampilan sosial si kecil nantinya.

Saat berusia 3 bulan, bayi mulai berminat berinteraksi sosial lewat tatap muka, terutama wajah kedua orangtuanya. Ia akan belajar banyak hal lewat pengamatan dan peniruan bagaimana 'membaca' dan mengungkap emosi. Inilah tahap untuk secara aktif mulai melatih emosi bayi. Apa jadinya bila ayah sering menampilkan wajah sebal atau malah membuang muka setiap kali bayi menatapnya? Maka bayi akan mengamatinya, membacanya, dan ikut-ikutan sering menampilkan wajah sebal.

Usia 6 - 8 Bulan

Di usia ini bayi mulai menemukan cara baru untuk mengungkapkan perasaan hatinya, semisal sedih, gembira, takut, marah, dsb. kepada sekelilingnya. Jika sebelumnya ia hanya mampu memikirkan benda atau manusia yang ditatapnya saat itu, sekarang ia sudah bisa memindahkan perhatiannya sambil tetap mengingat objek/manusia tanpa harus menatapnya lagi. Kalau ia senang dengan bola merahnya, ia akan memandang orang tuanya atau orang lain sambil menyampaikan rasa senangnya (lewat senyum, ocehan, atau gelak tawa). Inilah dasar kemampuan untuk bermain dan berinteraksi secara emosional nantinya. Jika bayi lebih banyak merasa sedih/takut pada ayahnya yang galak atau ketus dibakar cemburu, ia akan selalu menatap sekelilingnya dengan ekspresi begitu pula. Mengenaskan, ya!

Usia 9 - 12 Bulan

Di rentang usia ini, bayi mulai memahami bahwa manusia dapat membagi gagasan dan emosi mereka satu sama lain. Bila ayah atau ibu bertanya kepada bayi, "Dedek lagi kesal, ya?", bayi dapat memahami bahwa orangtuanya ternyata bisa membaca atau mengetahui suasana hatinya. Dengan kata lain bayi mulai memahami bahwa dengan menunjukkan ekspresi tertentu, ia atau orang lain dapat berbagi emosi.

Jika ayah yang cemburu kepada bayi selalu menunjukkan ekspresi negatif (acuh tak acuh, sebal, kesal, dsb.), bayi pun mengetahui suasana hati ayahnya sedang tak bersahabat. Dan jika bayi selalu menjumpai ayahnya dalam keadaan seperti ini, ia pun cenderung menghindar dari sang ayah. Dengan begini, bayi akan kekurangan kasih sayang ayah. Padahal, menurut Robin Skynner, pendiri dan pengajar pada Institute of Family Therapy, Inggris, kehadiran seorang ayah yang penuh kasih sayang di samping bayi kelak akan membantu si bayi menghadapi berbagai masalah dan kelompok yang lebih dari dua orang.




















close