Apa Yang Paling Berharga Dalam Hidupmu?
TendyNews.com - Menjadi begitu membingungkan untuk mempertanyakan tentang kehidupan, apa lagi tentang yang paling penting dan berharga. Apa yang paling berharga dalam hidupmu? Orang tua kah, pasangan hidupkah, harta kah, kedudukan kah, atau mungkin kamu memiliki jawaban lain yang hanya kamu sendiri yang tahu.
Apa yang paling berharga dalam hidupmu? |
Sering kali menjadi suatu kekuatan bagi seseorang untuk mempertahankan apa yang menurutnya penting dan berharga. lalu apa jadinya ketika semua yang berharga seolah-olah sirna?
Pada suatu ketika, mungkin kamu menjadikan keluargamu tepatnya orang tua mu sebagai orang yang paling berharga. Hingga mereka begitu menjadi orang yang memotivasi, dan rasanya semua pencapaian yang telah dan ingin kamu capai adalah upaya untuk membuat mereka bahagia. Pada suatu ketika pula kamu memahami betul bahwa cinta yang dipertautkan antara orang tua dan anak adalah ayat-ayat Tuhan yang begitu tersingkap jelas di depan mata mu.
Lalu kamu semakin bertambah dewasa dan lebih banyak melihat kehidupan. Kemudian kamu menyadari bahwa mungkin semua yang terlihat olehmu tidak seperti apa yang sebenarnya terlihat. Kepercayaan dan kebanggaan yang kamu bangun terhadap orang yang paling berharga dalam hidupmu seketika bisa runtuh dalam hitungan hari atau bahkan jam. Segalanya sangat mungkin untuk berubah. Kepercayaanmu tentang mereka yang menjadi pendorong untuk sukses pun bisa runtuh hanya karena kesalahan yang paling tidak bisa kamu bayangkan ada pada diri mereka.
Pada akhirnya, kamu kehilangan mereka yang selama ini menjadi begitu berharga dan memotivasi hidupmu agar lebih maju. Bukan kehilangan secara fisik tapi kehilangan akan sebuah kepercayaan dan keyakinan bahwa mereka masih tetap bisa menjadi sosok yang dibanggakan. Lalu kamu begitu kolaps, kacau dan mungkin hampir hancur. Sadar atau tidak sadar, kamu kehilangan mereka yang selama ini kamu perjuangkan agar menjadi bahagia dengan pencapaian kamu memiliki. Lalu hidupmu menjadi benar-benar kacau dan tak tentu arah.
Atau mungkin jika kamu menganggap bahwa yang paling berharga dalam hidupmu saat ini adalah ia yang menjadi pendamping hidupmu. Maka mungkin suatu saat kamu akan mengetahui bahwa ada saatnya ketika kamu harus merasa terluka dan kehilangan. Ada saatnya dimana kita harus menerima bahwa tak selamanya perjuangan di balas perjuangan dan tak selamanya kebaikan dibalas dengan kebaikan.
Cinta terhadap manusia begitu rentan dengan keterbatasan. Keterbatasan waktu, keterbatasan kesetiaan, keterbatasan kepercayaan, keterbatasan kepeduliaan dan keterbatasan lainnya. Lalu bagaimana jadinya jika kita mengorbankan cinta Tuhan yang begitu kekal demi seonggok cinta manusia yang sering kali hanya di penuhi kepalsuan?
Mungkin pada akhirnya ada saat dimana kita menjadi begitu rasional untuk lebih menyayangi diri kita sendiri lebih dari apapun. Orang lain boleh hancur atau mungkin mereka yang paling berharga dalam hidupmu bisa hancur dengan kesalahan yang mereka perbuat, tapi adakah kamu akan hancur hanya karena kehilangan sosok yang selama ini begitu berharga?
Mungkin menjadi rasional untuk menjadi lebih mandiri dan sukses karena kamu peduli dengan dirimu sendiri. Karena kamu tidak ingin mendapati dirimu menjadi benalu bagi orang lain di masa depan, atau karena kamu ingin menjadi mandiri untuk menentukan arah hidup dan kebahagiaanmu di masa depan. Semoga saja pada akhirnya kepedulian mu itu bertransformasi pada sebuah niatan agar setiap yang kamu lakukan adalah didasari dari dan untuk-Nya yang Maha Segalanya. Karena menjadikan Ia sebagai alasan dalam bertindak dalam hal apapun akan selalu mendatangkan kebaikan.
Kiranya itulah sekelumit kehidupan yang agaknya akan terus ditemui terutamanya ketika kamu menjadi lebih dewasa untuk dapat lebih jelas melihat kenyataan. Keyakinan, kepercayaan dan persepsi yang kita bangun bahkan bertahun-tahun bisa runtuh dengan seketika. Lalu menjadi sangat rasional agar kita tidak bergantung pada manusia. menjadi sangat rasional bahwa kita lahir dan kembali padanya dengan sendirian, dan sangat rasional bahwa kita akan bertanggungjawab terhadap setiap apa yang kita perbuat dengan sendirian pula.
Maka berlaku baiklah karena kita menyayangi diri kita sendiri, karena kita tidak mampu melihat diri kita tidak disukai-Nya karena perilaku kita yang menurut-Nya salah. Berlaku baiklah, karena segala kebaikan dan keburukan akan kembali pada diri kita. Berlaku baiklah, jika niatan karena Tuhan belum mampu kita dapatkan maka cukuplah diri kita sendiri yang menjadi alasan akan kebaikan yang kita lakukan.
Dan pada akhirnya kita belum menemukan jawaban perihal apa yang paling berharga dalam hidup ketika apa yang kita lihat sebagai sesuatu yang berharga menjadi sangat mungkin untuk tidak menjadi berharga lagi. Agaknya kita harus menjadi lebih dewasa dan bijak dalam memandang apa yang paling berharga dalam hidup.